Isi : belajar sejarah secara natural
Penjelasan ringkas situs Purbakala oleh Gaet pengurus musium purbakala Pugung Raharjo, bahwa pada jaman dahulu jaman purbakala benar-benar ada, yang selanjutnya menjadi rentetan data-data sejarah panjang berkembangnya peradaban manusia dari jaman kejaman, khususnya nenek muyang subtansi bangsa Indonesia yang kala itu diduga pada kehidupan bermasyarakat disiplin primitif (sederahana) pernah terjadi di daerah Propinsi Lampung tepatnya di daerah pemekaran Kabupaten baru Lampung sebelah timur dengan nama ibu kota Sukadana, yang sebelumnya adalah wilayah hukum Lampung Tengah yang kala itu berpusat di kota Metro yang sa’at ini sudah menjadi wilayah Kota Madya, hampir 80 tahun bergabung, di Sukadana tersebut memiliki wilayah situs sejarah penting yang tidak tidak terbantahkan oleh subtansi peradaban sosial kultur tepatnya diwilayah kecematan pemekaran Sikampungudik, Tepatnya disebuah desa yang namanya sangat populer di seantero Indonesia, yaitu “Pugung Raharjo” yaitu nama pepaduan bahasa Lampung pesisir dan bahasa Jawa tengah yang artinya “Pugung sama dengan daratan tinggi, dan Raharjo artinya Sejahtera, atau didataran tinggi itu masyarakatnya dapat menikmati kesejahteraan dan bahagia karena subur dan makmur dengan hasil bumi melimpah sebagai sumber kebutuhan hidup masyatakat yang tidak pernah tertimpa bencana alam banjir bandang air bah karena akibat turunya musim penghujan.
Lintas peradaban keyakinan umat manusia dari suku Lampung terlengkap melintasi keyakinan di Indonesia, fakta animisme, fakta dinamisme, fakta agama Hindu, fakta agama Budha, fakta agama Islam, pengaruh Persi, dan pengaruh perwalian dari Jawa Barat, dan kini sedang berlangsung suku lampung 100% penganut Muslim. Diantara peninggalan purbakala dividio ini ada Arca berumur 3000 tahun yang ditemukan oleh seorang petani ladang lelaki bernama “Kodiran” pada tahun 1954, bentuk arca yang menyerupai bidadari yang turun dari kayangan wajah opal mata lentik dengan akis menyerupai bulan sabit, hidung mungil mancung dan moncong mukut nyerucut dengan bibir tipis merona terbuat dari batu alam semacam granit berwarna emas kuning langsat, muka menghadap tegap kedepan, wajah molek kepala bermahkota darah biru, fan kuping terpasang asesoris badong dan anting dengan lekukan leher yang sensitif duduk betsila dengan tangan berlipat kedua telapaknya behormat pada sang Dewa penguasa semesta alam, dan lengan terbuka sampai ketiak, sungguh mempunyai nilai estetika seni ukir patung tingkat tinggi, bisa memberi makna nilai pendidikan seni ukir dengan disiplin tinggi bagai mana tidak di jaman 3000 tahun silam dari mana alat ukir batu yang memaja itu di perankan, untuk mencongkel mencongkel kelasnya ayat kauniah tersebut sedikit demi sedikit hingga menghasilkan hasil yang menakjubkan kaki terlipat bersila dan pantat bersandar diatas kursi batu singgasana dengan ukiran yang nyentrik, pengukir arca itu hingga kini masih misterius atau anonim namun atas persetujuan warga mengingat kandungan nilai edukatif yang berbobot arca itu diberi nama mirip nama kaum muslimah yang toat beribadah yang serius memuji Alloh Tuhan Semesta alam. diberi ornamen sumpit wayang arimbi, dengan bentuk pinggang elok seperti antara dada lebah madu berkait perutnya, alhasil masyarakat memberi nama arca itu “Putri Badariyah” atrinya patung wanita Budha yang disiplin.
Penulis :
Drs. Rohmad
#Guru fisika SMAN 1 Tanjungbintang.